Senin, 01 November 2010

asuhan keperawatan dengan pasien gastritis




LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
A.  PENGERTIAN
Gastritis berasal dari dua kata yaitu gaster yang berarti lambung, dan titis berarti peradangan atau pembengkakan. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung (Aru W. Sudoyo, dkk.2006:335).
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung.
Secara klinis gastritis terbagi atas :
1.    Gastritis akut
Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasannya terbatas pada bagian mukosa saja. Terbagi atas:  gastritis atas, gastritis eksogen akut (gastritis eksogen simple,gastritis akut erosive) dan endogen akut (gastritis infeksiosa/hematogen akut & gastritis flegmonos akut).
2.    Gastritis kronis
Inflamasi kronis pada dinding lambung yang bisa bagian mukosa saja atas sudah penetrasi kelapisan sub mukosa lambung yang kaya akan pembuluh darah. Gastritis kronis terjadi karena adanya infeksi dari helicobacter pylori.
B.  ETIOLOGI
1.    Gastritis akut
Penyebab penyakit ini antara lain :
-      Obat-obatan : aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
-      Alkohol
-      Golongan salisilat
-      Makanan yang mengandung kafein, pedas, terlalu dingin
-      Minuman yang mengandung mercury, cairan asam pekat, atau alkalis dan bahan kimia dengan maksud bunuh diri.
-   Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma luka bakar, sepsis.
Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan karena stress. Jika disebabkan karena obat-obatan AINS, terutama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel, dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.
2.    Gastritis kronis
Penyakit ini disebabkan oleh gastritis akut berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna, akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel parietal dan sel chief. Karena sel parietal dan sel chief hilang, maka produksi HCl, pepsin, dan fungsi intrinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata. Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser

C.    PATOFISIOLOGI GASTRITIS
Berbagai factor dapat menyebabkan terjadinya gratitis, pertama rokok kandungan nikotin dalam rokok yang bersifat alkaloid, dapat menyebabkan asam lambung meningkat, selain kemudian bakteri Helicobacter Pylory, bila memasuki lambung bakteri tersebut melekat di dinding epitel lambung yang menyebabkan lapisan mukosa hancur, selain itu factor stress yang menyebabkan terangsangnya hipotalamus yang mengakibatkan meningkatnya sekresi HCL dan yang terakhir alcohol menyebabkan sekresi bikarbonat di pancreas, yang semua penyebab diatas menyebabkan barier mukosa rusak dan menyebabkan mudah terinfiltrasi sel-sel radang. Sel yang meradang ini beresiko menjadi erosive bila bahan iritan yang ada  di lambung bertahan lama, lama- kelamaan dapat mengakibatkan ulserasi dan terjadinya perdarahan, tetapi jika bahan iritan yang mengiritasi lambung berkurang, regrenasi mukosa lambung bisa sempurna.
Gastritis bisa menjadi kronis, bila gastritis yang bersifat akut berlangsung terus- menerus, sehingga dapat terjadi infeksi, mukosa yang terinfeksi, sel-selnya akan kekurangan darah dan O2 sehingga perfusi mukosa menjadi terganggu dan dapat menyebabkan terjadinya daerah infark pada mukosa lambung tersebut.
Selain itu infeksi yang kronis pada mukosa lambung meyebabkan terjadinya erosi mukosa dan sub mukosa lambung, erosi yang terus menerus menyebabkan sel epitel menjadi atropi dan lapisan mukosa dan sub mukosa hilang dan kehilangan mukosa dan sub mukosa juga menghilangkan sel pariental dan sel chief yang menghasilkan substansi yang dapaat berikatan dengan vitamin B12 dan diganti dengan sel pensekresi muncul, terjadilah metaplasia psedopilorik dapat terjadi absorbsi Vit B12 yan berkurang
rokok
nikotin
Kandungan alkaloid
H. pylory
Melekat di dinding epitel lambung
Lapisan pelindung mulosa hancur
alkohol
Merangsang hipotalamus
stress
Sekresi bikarbonat di pankreas
Barier mukosa rusak
Sel epitel mukosa rusak
Infiltrasi sel radang
Peradangan mukosa lambung
Permukaan mukosa erosif
Infeksi kronis
Perfusi mukosa terganggu
muncul daerah infark kecil
Erosi mukosa dan sub mukosa
Bahan iritan kurang
Iritasi lama dan intensif
Atropi progresif epitel
Regrenasi / penyembuhan sempurna
Iritasi lama dan intensif
Sekresi HCL meningkat
Atropi lambung
ulserasi
Perdarahan
peritonitis
Deficit volume cairan
hematom
Syok hypovolemi
Mukosa dan sub mukosa hilang
Mual, muntah, anoreksia
Sel parietal dan sel chief hilang
Sel pesekresi mukus
Metaplasia pseadopilorik
Produksi bahan pengikat B12 kurang
Absorbsi Vit B12 kurang
Anemia periniosa
Nyeri epigastri
anoreksia
Nutrisi berkurang
Kebutuhan butrisi kurang dari kebutuhan
nyeri
kholik
Makanan yang tidak di muntahkan
Gangguan rasa nyaman

Masuk colon
 




D.  TANDA GEJALA / MANIFESTASI KLINIK
1.    Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual, kembung, muntah. Nyeri dapat timbul kembali bila perut kosong. Saat nyeri terjadi penderita berkeringat, gelisah, sakit perut dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada epigastrium, kejang-kejang, dan lemah. Adanya perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melani, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia paska perdarahan. Jika dilakukan anamnesis lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
2.    Gastritis kronis
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.



E.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Foto lambung
2.    Foto Rontgen. Barium swallow:menunjukan adanya ulkus. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum ( juga disebut barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan dengan endoskopi.
3.    Gastrokopi
4.    Endoskopi
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
 Endoskopi (gastroskopi): untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi pada mukosa. Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukan melalui mult dan bisa melihat langsung ke pada lambung. Pada pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsy.
Keuntungan dari endoskopi:
Ø  Lebih dapat dipercaya  untuk menemukan adannya ulkus dalam duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen.
Ø  Lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan lambung.
Ø  Bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
5.    Biopsi Mukosa. Analisa lambung:mengetahui kadar serum gastrin. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam lambung bisa diukur. Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan.
6.      Analisa darah, biopsy dan histology: menemukan H.pylori.
Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemeriksaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.
F.   KOMPLIKASI
1.    Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi
2.    Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang pencerapan, B12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

G.  PENATALAKSANAAN MEDIS
1.    Gastritis akut
Diet lambung:
-     Diit Lambung I
Di berikan pada penderita gastritis berat yang disertai pendarahan. Jenis makanan yang diberikan, meliputi susu dan bubur susu yang diberikan setiap 3 jam sekali.
-     Diit Lambung II
Untuk penderita gastritis akut yang sudah dalam perawatan. Makanan yang diberikan merupakan makanan saring atau cincang pemberiannya sama 3 jam sekali. Diit
-     Lambung III
Untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat atau ringan. Bentuk makanan harus lunak dan diberikan enam kali sehari.
-     Diit Lambung IV
Diet ini diberikan pada penderita gastritis ringan, makanan dapat berbentuk lunak atau biasa.
Jenis makanan yang boleh diberikan pada penyakit gastritis ialah :
-     Sumber hidrat arang (nasi atau penggantinya) Beras, dibubur atau ditim, kentang direbus atau dipures, makaroni, mi bihun direbus, roti, biskuit, marie, dan tepung-tepungan dibuat bubur atau pudding.
-     Sumber protein hewani (daging atau penggantinya) Ikan, hati, daging sapi empuk, ayam digiling atau dicincang dan direbus, disemur, ditim, atau dipanggang, telur ayam direbus, didadar, diceplok air, atau dicampurkan dalam makanan, susu.
-     Sumber protein nabati Tahu, tempe, direbus, ditim atau ditumis, kacang hijau direbus dan dihaluskan. Lemak Margarin, minyak (tidak untuk menggoreng) dan santan encer. Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas, misalnya : bayam, labu siam, wortel, tomat direbus atau ditumis. Buah-buahan Pepaya, pisang rebus, sawo, jeruk garut, sari buah (sebaiknya dimakan bersama nasi). Bumbu-bumbu Gula, garam, vetsin, kunyit, kunci, sereh, salam, lengkuas, sedikit jahe, dan bawang.
Jenis-jenis makanan yang tidak boleh diberikan pada penyakit gastritis adalah:
-     Sumber hidrat arang, Beras ketan atau wajik, bulgur, jagung, ubi singkong, kentang goreng, cake, dodol, dan kue yang terlalu manis.
-     Sumber protein hewani Daging, ikan, ayam yang dikalengkan, digoreng, dikeringkan (dendeng), telur ceplok atau goreng. Sumber protein nabati Tahu, tempe digoreng, kacang merah, kacang tanah digoreng Lemak Lemak hewan, santan kental Sayuran Sayuran yang banyak serat dan menimbulkan gas, sayuran mentah. Buah-buahan Buah yang banyak serat dan menimbulkan gas, misalnya jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka, dan buah yang dikeringkan (sale pisang, manisan pala, dan sebagainya). Bumbu-bumbu Lombok atau cabai, merica, cuka dan bumbu-bumbuan yang merangsan.
-     Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2, inhibitor, proton, antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin.
2.    Gastritis kronis
Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton dan obat-obat prokinetik. Jika endoskopi dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur, dan PA ketiganya negativ atau hasil serologi negatif.

PROSES KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.    Riwayat atau adanya faktor resiko Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis
-     Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung
-     Perokok berat
-     Pemajanan pada stres emosi kronis
2.    Pengkajian fisik
-     Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.
-     Penurunan berat badan
-     Perdarahan sebagai hematemesis dan melena bila berat
3.    Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit
4.    Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif
5.    Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup

B.     MASALAH KEPERAWATAN
1.      Nyeri
2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan
3.    Resiko kekurangan volume cairan

C.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Nyeri b.d iritasi mukosa lambung
a.    Definisi
Nyeri adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan.
b.    Batasan Karakteristik
Mayor           : Pengungkapan tentang deskriptor nyeri
Minor            : - Mengatupkan rahang atau mengepalkan tangan
-      Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
-      Agitasi
-      Ansietas
-      Peka rangsang
-      Menggosok bagian nyeri
-      Postur tidak seperti biasanya
-      Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
-      Gangguan konsentrasi
-      Perubahan pada pola tidur
-  Menarik bila disentuh
-  Mual muntah
-  Gambaran kurus



c.    Rencana Tindakan / Intervensi
Tujuan
Intervensi
Rasional
-     Nyeri berkurang
Mandiri
-     Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)


-     Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
-     Catat petunjuk  nyeri nonverbal , contuhnya gelisah, menolak vergerak, berhati hati dengan abdomen, takikardi, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara petunjuk verbal dan nonverbal.
-        Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi



-        Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.




-        Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif.
-        Berikan perawatan oral sering dan tindakan kenyamanan, misalnya: pijatan punggung, perubahan posisi

Kolaborasi
-      Berikan dan lakukan perubahan diet.

-     Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa terjadinya komplikasi.
-     Membantu dalam mendiagnosa dan kebutuhan terapi

-     Petunjuk nonverbal dapat berubah fisiologis dan psikologis dan dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk menghubungkan luas atau beratnya masalah.



-     Makanan mempunyai efek penetralisir asam juga menghasilkan kandungan gaster, makanan sedikit mencegat distensi dan haluaran gastric.
-     Makanan khusus yang menyebabkan distres bermacam-macam antara individu. Penelitian menunjukkan merica berbahaya dan kopi (termasuk dekafein) dapat menimbulkan dispepsia.
-     Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan.
-     Napas bau karena tertahannya sekret mulut menimbilkan tak napsu makan dan dapat meningkatkan mual. Gingivitis dan masalah gigi dapat meningkat.


-     Pasien mungkin dipuaskan dipuaskan pada awalnya. Bila masukan oral dimungkinkan, pilihan makanan akan tergantung pada diagnosa dan etiologi perdarahan.





















































2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrien yang tidak adekuat
a.    Definisi
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik.
b.    Batasan Karakterisitik
Mayor           :
-     individu yang tdak puasa melaporkan atau mengalami: asupan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan metabolik aktual atau potensial dengan asupan yang lebih.
Minor            :
-     Berat badan 10 % sampai 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh.
-     Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot lengan tengah kurang dari 60% standart pengukuran.
-     Kelemahan otot bila ditekan
-     Peka rangsangan mental dan kekacauan mental
-     Penurunan albumin serum
-     Penurunan transferin serum atau penurununan kapasitas ikatan-besi
c.    Rencana Tindakan / Intervensi
Tujuan
Intervensi
Rasional
-     Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu
-     Komplikasi tercegah/ diminimalkan
-     Kelelahan dihilangkan

Mandiri
-     Kaji status nutrisi secara kontinue, selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat energi ; kondisi kulit, kuku, rambut, ronggamu mulut, keinginan untuk makan/anoreksia.
-     Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan




-     Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat
-     Jamin penampungan akurat dari spesimen (urine, feses, drainase) untuk pemeriksaan keseimbangan nitrogen
-     Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran.



Kolaborasi
-     Rujuk pada tim nutrisi atau ahli diet



-     Berikan larutan elektrolit-dekstrosa atau asam amino dekstrosa dan emulsi lemak sesuai indikasi.


-     Memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien dan mempengaruhi piliham intervensi




-     Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapiutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan/penambahan berat badan
-     Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.

-     Ketidakakuratan penampungan dapat mengubah hasil tes, menimbulkan ketidaktepatan interpertasi status dan kebutuhan pasien saat ini.
-     Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. Kecepatan konsisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit, seperti hiperglikemia atau syndrom dumping.


-     Membantu dalam identifikasi defisit nutrien dan kebutuhan terhadap intervensi nutrisi parenteral /enteral
-     Larutan memberikan kalori, asam amino essensial, dan mikro nutrien, biasanya dikonmbinasi dengan lemak untuk nutrisi komplit yang diketahui sebagai campuran nutrien total. Larutan diubah untuk memenuhi kebutuhan khusus, misal gagal ginjal dan hepar (protein rendah), gagal napas (tingi lemak).


























































3.    Resiko kekurangan volume cairan b.d ketidakcukupan akibat masukan cairan berlebihan akibat muntah
a.    Definisi
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika individu yang tidak menjalani puasa mengalami dehidrasi vaskuler, intersitial, intravaskuler
b.    Batasan karakteristik
Mayor           :
-     Ketidakcukupan asupan cairan
-     Keseimbangan negatif antara oral antara asupan haluaran
-     Penurunan berat badan
-     Kulit/membran mukosa kering
Minor            :
-     Peningkatan natrium serum
-     Penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan
-     Urine memekat atau sering berkemih
-     Penurunan turgor kulit
-     Haus, mual, anoreksia
c.    Rencana Tindakan / Intervensin cairan dan elektrolit
Tujuan
Intervensi
Rasional
-     Keseimbangan cairan dipertahankan

-     Pantau masukan dan keluaran setiap hari terhadap dehidrasi

-     Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk ketidakseimbangan cairan
-     Waspadai terhadap indikator gastritis hemoragis(hematemesis,takikardia,hipotensi) dan beritahu dokter.

-      Mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh

-      Mengetahui penurunan kadar elektrolit dalam tubuh sebagai indikasi dehidrasi
-      Iritasi mukosa dapat mengakibatkan erosi pada dinding lambung
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual, Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC
Tambunan, Gani W. 1994. Patologi Gastroenterologi. Jakarta: EGC
Thomson, A.D, R.E. Cotton. 1997. Catatan Kuliah Patologi edisi 3. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar